Tuesday, September 3, 2013

Mengembalikan Bung Tomo di 7 Oktober



Mengembalikan Bung Tomo di 7 Oktober

Rasa-rasanya hari itu jutaan manusia masih menjalankan rukun yang sama. Berkumpul menunjukkan kesatuan, menyerahkan kesungguhan atas seruan yang telah berlaku dari zaman ke zaman. Wukuf di arafah menjadi altar terakhir  tamu-tamu Allah sebagaimana yang di gariskan baginda rasulullah SAW beribu-ribu tahun lamanya. Syahdu dan haru bertelakan mengantar lencana kemabruran menuju bagian terdalam jiwa-jiwa jamaah haji yang tak terhitung lagi jumlahnya. Semua melebur dalam komando yang satu. Seolah bisul ashobiyah telah pecah, mengeluarkan lendir busuk nasionalisme agar terdekonstruksi kembali. Menata ulang jaringan batiniah dan fikrul islamiyah yang sesungguhnya, menuju apa yang sudah sering di dengung-dengungkan: one vision, one mission, one nation. ISLAM. Sebuah realitas kesatuan yang di inginkan rasul agar terefleksi dalam kancah kehidupan umat. Kesatuan utuh yang hanya akan tercipta dalam bingkai daulah khilafah islamiyah, insya allah!
Telah tercatat di lembaran kisah-kisah heroik, pekikkan takbir bung Tomo menantang bedil tentara KNIl tak jauh dari pelabuhan merak, Surabaya. Berbondong-bondong pemuda maju membopong ujung teriakan “Allahu akbar” yang diperdengarkannya. Semangat menerjang lautan keserakahan penjajah, tak terbendung lagi. KNIL ciut nyali, episode perjuangan akhirnya berbuah manis di tangan mereka Arek-arek suroboyo. Kisah hidup sang ikon pembebasan pun mengulur. Hingga suatu ketika, disaat hentak kaki jamaah haji masih terekam dalam catatan pahala, saat itu pula ada naunsa tak biasa di sudut yang lain. Ada hembus nafas yang berbeda. Ada lafadz syahadah yang terbata. Di sela frekuensi maha dahsyat pekikan jamaah daratan mina itulah, seorang anak manusia telah selesai menuliskan sejarah hidupnya. Mempersembahkan bait-bait pertaubatan nasuha  yang jarang orang akan temui, sebab tiadalah mudah wafat di bumi yang penuh dengan wangi darah para syuhada. Hanya orang-orang yang layak menemani merekalah yang akan berpulang di tempat ini. 9 dzulhijah 1401 H bertepatan 7 oktober 1981. Saat dzuhur masih menggantung, pahlawan November itu benar-benar memenuhi panggilan ilahi. Detik-detik sejarah mengabadikan berpulangnya  Bung Tomo di padang arafah.
30 tahun berselang, rupanya bung tomo masih disini. Senantiasa menempatkan diri di antara huruf-huruf kebangkitan ala mahasiswa. Bertahun-tahun tak pernah alpa mengisi tema-tema seminar anak negeri.  Terpampang di baliho, poster, spanduk, hingga artikel padat bertabur fakta perjuangan. Kenyataan yang seharusnya membuat kita malu, sebab negeri yang pernah merekam jejak pengorbanannya itu sungguh tak tahu malu. tak jua lekas menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Hari ke hari negeri ini makin terpuruk. kasus demi kasus melesat ke layar kaca serupa babakan dalam cerita pewayangan. Tiada jeda, sehingga melebarnya jurang ketidakpercayaan rakyat pada gerombolan kurawa bertopengkan pandawa pun tak terelakkan.  Sekiranya kurawa-kurawa itu tidak pandai memainkan sisi pandawanya dalam hal menyelipkan amplop-amplop biru dan meramu jargon-jargon super kreatif persiapan pemilu, maka akan sulit kita temukan kantong massa yang rela merendahkan kualitas hidupnya di bawah pantofel orang-orang berdasi itu.  Tapi sayang sungguh sayang, lagi-lagi hal  semacam ini sudah terlanjur berubah budaya dalam masyarakat yang serba berpacu menyelamatkan diri dari gilasan roda kapitalisme. Semua punya alibi untuk yang satu ini. Akhirnya, bingo! rakyat mudah terjungkal di kubangan hitam tipu daya muslihat sementara gerombolan minoritas kelas atas pandai sangat memanfaatkan keadaan. Dan bohonglah rasanya jika kelas penguasa tidak merasakan hadirnya realitas lain di saat-saat begini. Mereka yang terbahak begitu hebat melihat lelucon ini adalah barisan imperialis asing yang memanfaatkan komprador berwajahkan pribumi. Mereka selalu setia, siap sedia mengibarkan panji kolonialisme dalam rangka menggilaskan kembali roda kapitalisme di setiap inci wajah ibu pertiwi. 

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna



Life begin at 40, kata kebanyakan orang. Usia saya sudah satu tahun melebihi angka itu. Jadi saya sudah menempuh setengah perjalanan hidup, itupun bila Sang Pemberi Hidup mengizinkan saya hidup sampai usia 70 tahun. Kematian itu misteri, tak ada yang tahu kapan dia akan datang menjemput. Duh, andaikan dia datang menjemput lebih cepat, bekal apa yang bisa saya bawa pulang?
Bila ingat hal itu, saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu saya. Menghindar dari orang-orang yang lebih sering berkata negatif, menjelek-jelekkan orang lain sambil menunjukkan dirinyalah yang hebat. Saya juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk lebih mencintai dan memperhatikan istri, anak, orang tua dan saudara-saudara saya. Ingin semakin cepat mewujudkan bintang terang atau mimpi-mimpi saya. Semakin tua, saya juga semakin senang membaca artikel tentang kesehatan, kematian dan kisah hidup banyak orang. Dan lebih dari semua itu, saya ingin semakin dicintai penduduk langit dan memberi manfaat dan makna hidup bagi sebanyak-banyaknya bagi penduduk bumi.
Semakin mendalami hal itu saya semakin yakin bahwa sebelum ”kita pulang” dijemput kematian, kita harus meninggalkan sesuatu yang berarti bagi keluarga, sahabat dan komunitas. Sesuatu yang berarti bukanlah selalu harta. Banyak orang besar dunia yang telah tiada dikenang bukan karena warisan kekayaannya. Mereka dikenang karena ”membebaskan” kebodohan, penindasan, kemiskinan. Mereka dikenang karena telah banyak mengubah makna hidup yang lebih hakiki dan penuh arti. Mereka juga dikenang karena bisa dijadikan tauladan kebaikan, perjuangan, kontribusi dan kegigihan menjalani hidup.
Untuk menuju hidup yang lebih bermakna, saya menyarankan Anda untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang akan selalu menginspirasi dan memprovokasi hidup Anda. Saya sudah mempelajari banyak kehidupan orang hebat, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada. Salah satu kelebihan mereka dibandingkan yang lain adalah mereka lebih disiplin melakukan refleksi dan introspeksi diri. Jadi, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang berharga dalam hidup Anda. Kualitas pertanyaan akan mengarahkan kualitas kehidupan Anda.
Kebanyakan orang tidak pernah tahu bagaimana cara menjalani hidup, dan baru mengetahuinya ketika kematian telah dekat. Namun pada saat itu sudah benar-benar terlambat. Maka segeralah ajukan pertanyaan-pertanyaan penting dalam kehidupan Anda.
Untuk membantu Anda, saya biasanya setiap pagi dan menjelang tidur mengajukan lima pertanyaan yang sering saya ajukan pada diri sendiri. Ajukanlah pada diri sendiri kelima pertanyaan itu, hari ini juga. Tuliskanlah jawaban Anda dalam buku ini atau jurnal yang telah Anda miliki. Pikirkan jawaban itu. Renungkan jawaban ini. Diskusikan jawaban itu dengan diri Anda sendiri.
Bayangkan bahwa hari ini adalah hari terakhir dalam hidup Anda dan sang penjemput kematian telah menunggu di depan rumah Anda. Lalu bertanyalah pada diri sendiri:
a. Apakah saya sudah mewujudkan banyak prestasi dalam hidup?
b. Apakah saya menjalani kehidupan dengan sepenuh hati?
c. Apakah saya mencintai dengan baik orang-orang di sekelilingku?
d. Apakah dunia yang kutinggalkan jauh lebih baik dibandingkan ketika aku hadir di muka bumi? Apa yang sudah aku perbuat?
e. Apakah Sang Pencipta tersenyum menyambut ”aku pulang”?
Saya berharap jawaban-jawaban Anda akan membantu Anda menjalani hidup dengan penuh makna, bergairah, dan bersuka cita. Berpikirlah jernih. Bahwa kita hadir dimuka bumi ini bukan untuk menjadi beban dan sampah, kita hadir untuk memberikan arti dan makna. Jadi, jangan tunda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas hari ini juga.
Pepatah China mengatakan: ”Hari terbaik pertama untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Dan hari terbaik kedua adalah hari ini”. Saya yakin Anda tak ingin kehilangan hari terbaik kedua itu. Jadi, jawablah dan tuliskanlah jawaban Anda hari ini juga.
Tulisan ini adalah tulisan saya yang dimuat di majalah Garuda untuk edisi Desember 2009, Salam SuksesMulia. Jamil Azzaini (JA)

Agar Hidup Lebih Bermakna


Alhamdulillah, kemarin sore saya dapat meluangkan waktu untuk mengikuti pengajian bulanan yang diadakan oleh kantor saya, berikut pelajaran yang bisa saya bagikan kepada Anda semua khususnya dapat dijadikan pelajaran buat diri saya sendiri. Ada empat hal membuat hidup bermakna:
  • Jalani hidup dengan sabar dan syukur. Semua manusia yang hidup di dunia pasti mempunyai masalah, jangan menganggap masalah yang kita hadapi adalah masalah yang terberat diberikan Allah untuk hidup kita, seorang guru SD saja tidak mungkin memberikan soal ujian kepada murid kelas 1 SD untuk menjawab soal anak kelas 6 SD. Apalagi Allah yang telah menciptakan kita, pastinya Allah lebih paham mengenai kemampuan kita. Ingat semua gembok pasti memilliki kunci jadi gak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
  • Isilah hidup dengan karya-karya tebaik. Menjalani hidup dengan dengan sebaik-baiknya dan mengahsilkan karya-karya terbaik yang bermanfaat bagi orang lain, maka akan terasa sangat indah.
  • Jalani hidup dengan hati dan nurani. Apapun yang dijalani dengan hati maka akan terasa menyenangkan. Allah telah memberikan hati nurani kepada semua orang, tinggal bagaimana kitanya saja mengasah kepekaan nurani kita dan menggunakannya.
  • Jalani hidup dengan kekuatan doa. Doa adalah senjata kaum Muslimin. Barangsiapa yang berdoa dan mampu menggetarkan Arsy Allah, maka Allah akan mengabulkannya. Berdoalah kamu sebanyak2nya kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya, jikalau Allah belum mengabulkannya mungkin Allah menunggu waktu yang tepat untuk mengabulkan doa tersebut atau Allah akan mengabulkannya kelak nanti di akhirat.
Dengan keempat cara di atas semoga dapat membuat hidup kita semakin bermakna, karena kita tidak tau kapan dan bagaimana kita meninggal. Kematian adalah sebuiah misteri, misteri kematian  ada 3 hal, yakni:
  • Misteri sebab, kita tidak tau apa yang menyebabkan kita meninggal, seseorang yang punya penyakit ginjal saja belum tentu meninggal karena penyakit ginjal.
  • Misteri waktu, kita tidak tau kapan kita bisa meningga, bisa 1 menit lagi, 1 jam lagi, besok pagi, minggu depan, atau bahkan orang-orang tercinta kita yang bakalan meninggal terlebih dahulu.
  • Misteri tempat, kita tidak tau dimana kita bisa meninggal, bisa dikantor, bisa dijalan atau bisa di mekkah saat pergi menunaikan ibadah haji.
Misteri2 di atas hanya Allah yangn mengetahuinya, jika Allah berkehendak maka jadilah. Untuk itu manfaatkanlah waktu kita dengan sebaik-baiknya agar hidup kita lebih bermakna. Kira2 apa yang membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna, sok dishare,,,